Tuesday, February 18, 2014



Nama : Maftuhah Rizqiyah
Nim : 14121310315
Kelas : Pbi –b
Chapter review 1

Setelah saya membaca buku milik Prof. Chaedar yang berjudul “ Pokoknya Rekayasa Literasi “ pada halaman 157. Ketika saya membaca sebuah artikel rekayasa literasi, masih banyak yang belum saya pahami. Tetapi walaupun artikel itu sulit untuk dimengerti, saya bisa memahaminya sedikit demi sedikit. Akhirnya disini saya menulis tentang definisi literasi, dan kurangnya lirerasi yang diajarkan sehingga membuat tertinggalnya literasi di Indoneia yang membuat siswa jauh tertinggal oleh negara-negara lain. Dalam perbincangan metedologi pengajaran guru yang menjadi buah bibir adalah genre, wahana, teks, konteks, dan literasi. Definisi lama tentang literasi adalah kemampuan membaca dan menulis. Tetapi dalam persekolahan di Indonesia istilah literasi jarang dipakai lagi, dan istilah yang sering dipakai adalah pengajaran bahasa dan pembelajaran bahasa.
 Dapat dipahami jika literate kadang diartikan sebagai educated. Pada zaman sekarang, dimana pendidikan dasar tidak cukup mengandalkan kemampuan baca dan tulis. Literasi dalam persoalan psikologis berkaitan dengan kemampuan mental dan keterampilan baca-tulis, padahal literasi adalah praktik kultural yang berkaitan pada persoalan sosial dan politik. Para pakar pendidikan berpaling pada definisi baru yang menujukan paradigma baru dalam upaya memaknai literasi dan pembelajarannya.
Disni juga ada tahapan dalam penggunaan metode dan pendekatan terhadap pengajaran bahasa asing kedalam 5 kelompok, yaitu sebagai berikut :
·         Pendekatan struktural dengan grammar translation methods (populer sampai zaman perang dunia ke 2) yang mana fokus pembelajarannya pada penggunaan bahasa tulis dan penguasaan tata bahasa.
·         Pendekatan audiolingual atau dengar-ucap yang mana mletakkan fokusnya pada latihan dialog pendek yang dikuasai oleh siswa.
·         Pendekatan kognitif dan transformatif sebagai implikasi dari teori-teori syntactic structure. Dan pengajarannya terletak pada pembangkitan petensi berbahasa siswa.
·         Pendekatan communicative competence. Tujuan pengajaran bahasa ini adalah menjadikan siswa mampu berkomunikasi dalam bahasa target, yang mana mulai dari komunikasi terbatas sampai dengan komunikasi spontan dan alami.
·         Pendekatan literasi atau pendekatan genre-based sebagai implikasi dari studi wacana. Tujuan pembelajaran adalah menjadikan siswa mampu menghasilkan wacana yang sesuai dengan tuntutan konteks komunikasi. Disamping itu pembelajaran dilakukan ada empat tahapan yaitu :
a.       Membangun pengetahuan (building knowledge of field)
b.      Menyusun model-model teks (modeling of  text)
c.       Mnyusun teks bareng-bareng (joint construction of text)
d.      Menciptakan sendiri teks (indipendent of text)
Kemudian peran literasi juga terbentuk dalam 5 verba,diantaranya:
·         Memahami
·         Melibati
·         Menggunakan
·         Menganalisis
·         Mentransformasi teks
Dengan adanya perubahan makna literasi, yang mana pasti mengakibatkan perubahan  pengajaran. Makna dan literasi terus berevolusi dan sekarang maknanya semakin meluas dan komplek. Sementara itu, rujukan linguistik dan sastra relatif konstan. Literasi tetap berurusan pada penggunaan bahasa dan merupakan kajian lintas disiplin yang memiliki 7 dimensi diantaranya :
1.      Dimensi geografis (lokal, rasional, regional).
2.      Dimensi bidang ( pendidikan, komunikasi, hiburan).
3.      Dimensi keterampilan (membaca, menulis, berhitung,berbicara).
4.      Dimensi fungsi (memecahkan masalah, mencapai tujuan).
5.      Dimensi media (teks, konteks, visual dan digital).
6.      Dimensi jumlah (satu, dua, beberapa ).
7.      Dimensi bahasa (etnis, lokal, nasional ).
Ada literasi yang singular dan ada literasi yang plural. Kemudian ada 10 gagasan kunci literasi yang menunjukkan paradigma literasi sekarang sesuai dengan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan. Gagasan itu diantaranya :
·         Ketertiban lembaga-lembaga sosial
Dalam hidup bermasyarakat yang difasilitasi oleh lembaga sosial seperti RT, dan sebagai mesin penggerak untuk menjamin ketertiban sosial. Lembaga ini perannya dengan fasilitas bahasa sehingga muncul kekuasaan biroktat terhadap rakyat.
·         Tingkat kefasihan relatif
Setip interaksi memerlukan kefasihan berbahasa dan literasi yang berbeda dan sangat diperlukan untuk berinteraksi.
·         Pengembangan potensi diri dan pngetahuan
Literasi ini membekali orang dalam berkemampuan dalam mengembangkan segala potensi dirinya. Bahasa ibu adalah alat untuk berekspresi dalam lingkungan keluarga. Pada tahap tinggi literasi ini membekali orang (baca:mahasiswa) kemampuan memproduksi ilmu pengetahuan. Menulis akademik adalah bagian dari literasi yang harus dikuasai oleh para sarjana.
·         Standar dunia
Dalam persaingan global sekarang lebih merujuk pada mutu (bench-marking)di kembangkan ketingkat internasional sehingga tingkat literasi suatu bangsa (baca :kualitas pendidikannya) mudah dibandingkan dengan bangsa lain.
·         Warga masyarakat domokratis
Pendidikan seharusnya menghasilkan manusia literatyakni manusia yng memiliki literasi memadai sebagai warga negara yang demokratis.
·         Keragaman lokal
Mengenai keragaman bahasa dan budaya lokal,sehingga membangun literasi dalam konteks lokal. Jadi dengan wawasan global semakin sensitif terhadap keragaman lokal.
·         Hubungan global
Dalam literasi tingkat tinggi ini bergantung pada 2 hal,yaitu:
1.      Penguasaan teknologi
2.      Penguasaan konsep atau pengetahuan.
·         Kewarganegaraan yang efektif
Literasi ini akan membekali manusia berkemampuan menjadi warga negara yang efektif yang mana mampu untuk mengubah diri, keluarga, lingkungan dan negaranya.
·         Bahasa inggris ragam dunia
Bahasa inggris mudah di pahami oleh semua ihak melalui jaringan global di seluruh dunia.
·         Kemampuan berpikir krisis
Literasi bukan sekedar membaca dan menulis, melainkan menggunakan bahasa secara fasih, efektif dan krisis.
·         Masyarakat simiotik
Simiotik adalah ilmu tentang tanda. Sedangkan budaya adalah sistem nada, dan untuk memaknai tanda manusia harus menguasai literasi simiotik.
Setelah kita mempelajari 10 kunci literasi, dan pendidikan bahasa harus mengikuti 7 prinsip ini :
a.       Literasi adalah kecakapan hidup yang memungkin manusia berfungsi maksimal sebagai anggota masyarakat.
b.      Lirasi mencakup kemampuan reseptif dalam upaya berwacana secara tertulis maupun secara lisan.
c.       Literasi adalah kemampuan memecahkan masalah.
d.      Literasi adalah refleksi penguasaan dan apresiasi masalah.
e.       Literasi adalah kegiatan refleksi (diri).
f.       Literasi adalah hasil kolaborasi.
g.      Literasi adalah kegiatan melakukan interpretasi. 
            Sejak tahun 1999 Indonesia dalam proyek penelitian dunia yang dikenal denagan PIRLS, PISA, TIMSS yang mana untuk mengukur literasi membaca , matematika. Penemuan terpenting dari PIRLS 200 yang relevan tentang literasi membaca siswa kelas IV Indonesia serta posisinya di bandingkan dengan negara peserta lainnya. Kita dapat menarik pengajaran tentang literasi di indonesia.
Dimana literasi siswa Indonesia sangat jauh tertinggal dari negara lain, yang artinya pendidikan nasional dikita belum bisa menghasilkan warga negara yang liberat yang siap bersaing dengan negara lain. Diman pendidikan literasi adalah investasi jangka panjang yang berfungsi untuk menjamin kehidupan sosial ekonomi yang lebih baik. Tanpa ada kegiatan membaca, orang sulit menjadi penulis. Namun banyak membaca tidak menjamin orang rajin menulis. Jadi lebih banyak ilmuan daripada penulis.
Dalam konteks pembelajaran literasi disekolah, misalnya kita harus melihat pemahaman guru literasi dan penguasaan teknik pengajaran siswa. Artinya penguasaan tentang literasi dan paedagogi pengajaran literasi harus dikusai oleh guru. Penelitian Setiadi (2010) menemukan kenyataan seperti berikut :
1.      Dalam pembelajaran membaca dan menulis, para guru mengandalkan pada buku paket dan kurikulum untuk materi mengajarnya.
2.      Pemodelan dalam kegiatan membaca dan menulis tidak baik dilakukan oleh guru.
3.      Walaupun kualifikasi akademik guru sangat memahami, tetapi guru tersebut tidak mendapatkan pelatihan yang memadai dalam kegiatan mengelola kelas. Maka guru tersebut memerlukan latihan demi meningkatkan kualitas kerja mereka.
Ujung tombak pendidikan literasi adalah guru dengan langkah profesionalnya yang terlihat dalam enam hal, yaitu :
Komitmen profesional, komitmen etnis, strategi analisis dan refleksi, efikasi guru, pengetahuan bidang studi, dan keterampilan literasi dan numerasi.
Orang literat adalah rang yang terdidik dan berbudaya. Rekayasa literasi adalah upaya yang disengaja dan sistematis untuk menjadikan manusia terdidik dan berbudaya lewat penguasaan bahasa secara optimal. Yang mana penguasaan bahasa adalah pintu masuk menuju pendidikan dan pembudayaan. Contohnya sekolah sebagai lembaga pendidikan formal adalah sistem pertama untuk membangun yang pada umumnya.
Perbaikan  rekayasa literasi menyangkut empat dimensi, yaitu :
a.       Linguistik atau fokus teks
b.      Kognitif atau fokus minda
c.       Sosiokultural atau fokus kelompok
d.      Perkembangan atau fokus pertumbuhan
Literasi meliputi keterampilan membaca dan menulis. Dengan demikian rekayasa literasi berarti merekayasa pengajaran membaca dan menulis. Pengajaran membaca dan menulis harus ada dalam empat dimensi yang saling terkait. Pengajaran bahasa yang baik akan menghasilkan orang literat yang mampu menggunakan empat dimensi secara seempak, aktif, terintegrasi.
Membaca dan menulis memmbutuhkan pengetahuan dan keterampilan. Untuk menjadi “ literat ’’ itu adalah sebuah proses ‘ menjadi ’ secara berkelanjutan yakni melalui pendidikan sepanjang hayat. Mengajarkan literasi itu beratri mengajarkan kepekaan tekstual dan kultural teks lintas kelompok dan lembaga. Dan seorang literat tidak sekedar membaca dan menulis, tetapi juga terdidik dan mengenal sastra. Ketika tujuan pengajaran adalah penguasaan pengajaran lisan, bahasa lisan yang efektif tetap harus memenuhi asumsi kultural dalam bahasa yang dipelajari.
Kemudian pengajaran literasi pada intinya menjadikn manusia yang secara fungsional mampu untuk membaca dan menulis, terdidik, cerdas, dan menunjukkan apresiasi terhadap sastra.
Disini ada 3 paradigma pembelajaran literasi, diantaranya :
·         Paradigma decoding yang mana berfungsi sebagai pintu masuk literasi, dan belajar bahasa dimulai dengan menguasai bagian-bagian bahasa.contohnya siswa mampu membuat hubungan tulisan dengan makna.
·          Paradigma keterampilan yang mana penguasaan morfem dan kosa kata adalah dasar untuk membaca. Contohnya siswa dilatih reading comprehension sebagai dari penguasaan kosa kata.
·         Paradigma secara utuh yaitu kegiatan pengajaran makna secara utuh tidak parsial. Contohnya siswa harus dihadapkan dengan teks otentik untuk mendapatkan makna baru –bukannya bentuk (kosa kata) baru.
Kemudian paradigma sendiri artinya cara pandang dan pemaknaan terhadap objek pandang (baca:pengajaran literasi). Perubahan sudut pandang akan membawa konsekuensi ke metode dan teknik pengajaran pada kasat mata dan hasilnya dapat di ukur.
Dapat disimpulkan bahwa tingkat literasi siswa di indonesia yang sangat jauh tertinggal dari negara-negara lain, sehingga untuk membangun literasi harus diawali dengan guru yang profesional. Guru profesional hanya dari pendidikan guru yang profesional juga, dan literasi juga bukan hanya pada pembaca dan penulis. Tetapi literasi pada ujung-ujungnya adalah pada praktik literasil. Jadi dengan demikian, perlu adanya perubahan paradigma pengajaran literasi di jajaran pengambilan kebijakan. Perubahan paradigma adalah hijrah intelektual,hijrah nalar karena perubahan zaman. Untuk melakukan perubahan tersebut banyak cara yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki literasi yang lebih baik, dan bisa berkembang di zaman berikutnya. Seorang guru berperan penting untuk mengubah literasi siswa lebih baik lagi di tahun yang akan datang.   

0 comments:

Post a Comment